SINTESIS
ASPIRIN
I.
TUJUAN
1. Mempelajari reaksi sintesis ester dari asam benzoat yang
tersubstitusi gugus hidroksi.
2. Mensintesis aspirin dari asam o-hidroksi benzoat dengan anhidrida asetat.
II. TEORI
Aspirin
( asetosal ) adalah suatu ester dari asam asetat dengan asam salisilat. Oleh
karena itu senyawa ini dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan
anhidrida asam asetat menggunakan asam sulfat pekat sebagai katalisator.
Rumus
bangun aspirin adalah :
Formula : C9H8O4
BM : 180,2
Titik didih : 140 0C
Titik lebur : 138 0C
– 140 0C
Berat jenis : 1.40 g/cm³
Sinonim : 2-acetyloxybenzoic
acid
2-(acetyloxy)benzoic
acid
acetylsalicylate
acetylsalicylic acid
acetylsalicylic acid
O-acetylsalicylic acid
Kelarutan dalam air : 10 mg/mL
(20 °C)
Asetosal mengandung tidak kurang
dari 99,5% dan tidak lebih dari 100,5% C9H8O4 dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan.
Pemerian : hablur putih, umumnya seperti jarum atau
lempengan tersusun, atau serbuk hablur putih; tidak berbau atau berbau
lemah. Stabil di udara kering; di dalam udara lembab secara bertahap
terhidrolisa menjadi asam salisilat dan asam asetat.
Kelarutan : larut dalam air ; mudah larut dalam etanol;
larut dalam kloroform, dan dalam eter; agak sukar larut dalam eter mutlak.
Kegunaan : non-selective
cyclo-oxygenase, inhibitor; antipiretik; analgesik; antiinflamasi
Reaksi
Esterifikasi
Proses
Pembuatan
Reaksi yang terjadi adalah reaksi
esterifikasi yang merupakan prinsip dari pembuatan aspirin. Reaksi esterifikasi
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
Ester dapat terbentuk salah satunya
dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam
salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan
anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam
asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari
anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat (pada
gambar di atas gugus R ada di dalam kotak). Hasil samping reaksi ini adalah
asam asetat. Langkah selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang
berfungsi sebagai
zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam
salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan
terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali
bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil
samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah
asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat ini.
Tetapi harus diperhatikan bahwa
sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi baru akan
berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini baru
terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan
tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari
pengotornya. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan
belum benar-benar murni.
Untuk pemurniannya, aspirin tak
murni kemudian ditambahi larutan NaHCO3. Reaksinya adalah sebagai
berikut:
Aspirin akan larut, sedangkan hasil
sampingnya tidak larut, sehingga ketika disaring akan didapatkan filtrat
aspirin murni berbentuk larutan jernih. Larutnya aspirin ini juga diikuti oleh timbulnya
gelembung gas CO2, membuktikan adanya hasil reaksi aspirin dengan
NaHCO3. Setelah itu filtrat diaduk dan terbentuk endapan putih. Lalu
didinginkan dengan air es membentuk kristal. Kristal akan lebih murni setelah
dicuci dengan air es. Selanjutnya kristal dikeringkan dengan cara ditaruh di
gelas arloji dan didapatkanlah kristal kering. Langkah terakhir pada percobaan ini
adalah rekristalisasi. Kristal yang kering tadi dilarutkan dalam benzena panas,
lalu dipanaskan. Benzena digunakan sebagai pelarut karena benzena merupakan
pelarut yang baik untuk zat organik. Air tidak bisa digunakan untuk
rekristalisasi ini karena air adalah pelarut polar dan aspirin adalah senyawa
nonpolar. Setelah itu larutan tadi disaring panas-panas dan filtratnya diambil untuk dikeringkan
di oven. Kristal ini merupakan kristal yang benar-benar murni.
Asam asetat dengan nama sistematik asam
etanoat, CH3COOH, merupakan cairan tidak berwarna, berbau tajam, dan
berasa asam. Asam asetat larut dalam air dan pelarut organik lainnya. Di dalam
air, asam asetat bertindak sebagai asam lemah. Asam asetat mendidih pada
temperatur 118°C (245°F) dan meleleh pada 17°C (62°F). Asam asetat biasanya
dibuat dengan memfermentasikan alkohol dengan bantuan bakteri, seperti Bacterium aceti. Untuk mendapatkan asam
asetat yang berkonsentrasi tinggi, biasanya dibuat dengan oksidasi asetaldehid
atau dengan mereaksikan metanol dengan karbon monoksida dengan bantuan katalis.
Asam salisilat dapat ditemukan pada banyak
tanaman dalam bentuk metil salisilat dan dapat disintesis dari fenol. Asam salisilat memiliki sifat-sifat : berasa
manis, membentuk kristal berwarna putih, sedikit larut dalam air, meleleh pada
158,5°C – 161°C. Asam salisilat biasanya digunakan untuk memproduksi ester dan
garam yang cukup penting. Asam salisilat menjadi bahan baku pembuatan aspirin. Sintesis
asam salisilat yang terkenal adalah Sintesis Kolbe.
Pada pembuatan aspirin, reaksi yang terjadi
adalah reaksi esterifikasi. Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara
mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat
berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan asam asetat glasial sebagai anhidrida
asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat ( aspirin ). Gugus
asetil ( CH3CO– ) berasal dari asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari
asam salisilat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat. Langkah
selanjutnya adalah penambahan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai zat
penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam
salisilat dan asam asetat glacial adalah asam asetat. Jadi, dapat dikatakan
reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat
pekat ini.
Aspirin bersifat analgesik yang efektif
sebagai penghilang rasa sakit. Selain itu, aspirin juga merupakan zat
anti-inflammatory, untuk mengurangi sakit pada cedera ringan seperti bengkak
dan luka yang memerah. Aspirin juga merupakan zat antipiretik yang berfungsi
untuk mengurangi demam. Tiap tahunnya, lebih dari 40 juta pound aspirin
diproduksi di Amerika Serikat, sehingga rata-rata penggunaan aspirin mencapai
300 tablet untuk setiap pria, wanita serta anak-anak setiap tahunnya.
Penggunaan aspirin secara berulang-ulang dapat mengakibatkan pendarahan pada
lambung dan pada dosis yang cukup besar dapat mengakibatkan reaksi seperti mual
atau kembung, diare, pusing dan bahkan berhalusinasi. Dosis rata-rata adalah
0.3-1 gram, dosis yang mencapai 10-30 gram dapat mengakibatkan kematian. Aspirin bekerja dengan mengasetilasi progtaglandin Hidrogen endoperoksida
shyntashe (PGHS) dan menghambat kerja enzim COX secara permanen.
Kemurnian aspirin dapat diuji dengan besi (III) klorida. Besi (III) klorida
bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu jika besi (III) klorida
ditambahkan, karena asam salisilat mempunyai gugus fenol. Selain itu
kemurniannya juga dapat diuji titik leleh, dimana titik leleh aspirin adalah
berkisar antara 133,4°C sampai dengan 136°.
Sifat-sifat fisika dan kimia dari aspirin adalah
sebagai berikut :
Sifat fisika aspirin
1.
Massa molekul
relatif aspirin adalah 180 gram/mol
2.
Titik leleh
aspirin adalah 133,4°C
3.
Titik didih
aspirin adalah 140°C
4.
Aspirin
merupakan senyawa padat berbentuk kristal
5.
Berat molekul
aspirin adalah 180,2 gram/mol
6.
Berat jenis
aspirin adalah 1,4 gram/mL
Sifat kimia aspirin
1.
Kelarutan
aspirin dalam air 10 mg/mL dalam suhu 20°C.
2.
Larut dalam
etanol
3.
Larut dalam
eter
4.
Larut dalam
air
5.
Merupakan
senyawa polar
Kegunaan dari aspirin adalah sebagai berikut :
1.
Inhibitor
2.
Antiseptik
3.
Analgesik
4.
Antiinflamasi
III.
PROSEDUR
KERJA
3.1. Alat
dan Bahan
a. Alat
1. Labu
alas bulat 100 mL : tempat
meletakkan sampel
2. Gelas
ukur : untuk
mengukur volume suatu larutan
3. Kondensor : pendingin
4. Gelas
piala : meletakkan
suatu larutan
5. Corong : memudahkan
memasukkan suatu larutan
6. Penangas
air : memanaskan
labu dan sampel
7. Ice
bath : mendinginkan
b. Bahan
1. Asam
salisilat : bahan dasar
2. Anhidrida
asetat : bahan dasar
3. Asam
phospat 85 % : katalis
3.2. Cara
Kerja
1.
Masukkan 1,38 g asam
salisilat dan 2,8 mL anhidrida asetat kedalam labu didih 100 mL.
2.
Tambahkan 3 tetes asam
phospat 85% kedalam campuran ini dan kemudian diaduk dengan menggoyangkan labunya.
3.
Pasang kondensor pada
labu dan kemudian panaskan campuran pada penangas air selama 10 menit.
4.
Tanpa melakukan
pendinginan tambahkan 1 mL air melalui kondensor ( hati-hati ). Kemudian
biarkan campuran mendidih lagi selama 20 menit.
5.
Setelah itu tambahkan
25 mL air dingin kedalam campuran dan seterusnya didinginkan sampai suhu kamar
sambil diaduk.
6.
Tempatkan labu dalam
ice bath selama 10 menit.
7.
Saring endapan yang
terbentuk dan
kemudian cuci dengan air. Produk dapat dikristalisasi dalam air.
8.
Keringkan dan kemudian
timbang.
9.
Tentukan titik leleh.
10. Hitung
rendemennya.
3.3. Skema
Kerja
-
ditambah
1,38 g asam
salisilat
-
ditambah
2,8 mL anhidrida asetat
-
ditambah
3 tetes H3PO4
- dipanaskan dengan
penangas air
selama 10 menit
- ditambahkan
1 mL
air melalui kondensor
Campuran
-
dipanaskan selama 20
menit
-
ditambah
25 mL air dingin
-
didinginkan
sampai suhu kamar
-
ditempatkan
dalam ice bath selama
10 menit.
- disaring, dicuci dengan
air
-
dikeringkan
kristal
- ditimbang beratnya
Ditentukan
Titik Leleh
3.4. Skema
Alat
Keterangan :
1. Pemanas
2. Labu suling
3. Standar
4. Klem
5. Kondensor
6. Termometer
7. Air masuk
8. Air keluar
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Anhidrida
asetat (CH3COOCOCH3)
BJ = 1,08 g/mL
V = 2,8 mL
Massa = BJ x V
=
= 3,024 gram
Mol anhidrida asetat =
= 0,03 mol
Asam salisilat (C6H4OHCOOH)
BJ = 1,44 g/mL
Massa = 1,38 gram
Mol Asam salisilat =
x 1,38 g
= 0,01 mol
C6H4OHCOOH + CH3COOCOCH3
C6H4OHCOOCH3
Awal 0,01 mol 0,03 mol
sisa - 0,02 mol 0,01 mol
Mol Aspirin = 0,01 mol
Massa Aspirin =
= 1,8 gram
Massa kertas saring = 0,65 gram
Massa kertas saring + aspirin = 1,22 gram
Massa aspirin = 1,22 gram – 0,65 gram = 0,57 gram
Rendemen
=
x 100% =
x 100% = 31,66%
4.2
Pembahasan
Pada praktikum kali ini kami mensintesis aspirin.
Prinsip percobaan pada sintesis aspirin ini adalah esterifikasi. Dimana kami
mensintesis aspirin dari anhidrida asetat yang bertindak sebagai asam dan asam
salisilat yang bertindak sebagai alkohol karena asam salisilat memiliki gugus
fenol dengan menggunakan bantuan katalis asam. Katalis yang kami gunakan disini
adalah asam pospat.
Metoda
yang kami pakai saat mensintesis aspirin adalah refluks. Refluks ini kami
lakukan lebih kurang selama 30 menit. Pada saat pencampuran asam salisilat dan
asetat anhidrida kami melakukannya di lemari asam. Begitu pula saat penambahan
asam pospat 85 %. Pada saat penambahan asam pospat kami melakukannya dengan
hati-hati. Asam pospat yang ditambahkan adalah sebanyak 3 tetes saja. Hal ini
dikarenakan bahan yang gunakan juga sedikit.
Setelah
penambahan zat selesai, kami memasukkan batu didih. Batu didih yang dimasukkan
juga dalam jumlah sedikit, karena bahan yang kami gunakan juga sedikit. Setelah
itu kami melakukan pemanasan. Pemanas yang kami gunakan adalah pemanas air
bukan penangas air. Kami memanaskan campuran dalam wadah yang berisi air.
Proses pemanasan ini dilakukan lebih kurang selama 10 menit.
Setelah
10 menit pemanasan kami menambahkan 1 mL air. Ini dilakukan untuk mengendapkan
aspirin agar kristal terlihat jelas. Metoda ini disebut dengan rekristalisasi,
yaitu metoda pengkristalan kembali dengan menggunakan pelarut tertentu. Jenis
rekristalisasi yang kami gunakan adalah single solvent, yaitu dengan
menggunakan satu pelarut. Pelarut yang kami gunakan disini adalah air.
Setelah
itu pemanasan dilanjutkan selama lebih kurang 20 menit. Setelah proses ini kami
menambahkan air sebanyak 25 mL. Hal ini dilakukan juga agar kristal terlihat
jelas. Agar kristal terlihat semakin jelas kami menempatkan campuran dalam ice
bath. Ini dilakukan lebih kurang selama 10 menit. Kemudian kami menyaring
kristal. Kristal ini yang kami dapat bewarna putih menyerupai jarum. Setelah
dilakukan pengeringan dan penimbangan rendemen yang kami peroleh adalah 31,66
%.
Untuk
menguji kemurnian dari kristal aspirin yang kami peroleh, kami menguji titik
leleh aspirin.
V. KESIMPULAN DAN
SARAN
5.1.
Kesimpulan
Dari praktikum yang
telah kami lakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.
Hasil yang didapatkan 0,57 g dengan rendemen
sebesar 31,66%.
2.
Pembuatan aspirin menggunakan prinsip esterifikasi dan rekristalisasi. Esterifikasi yaitu
proses pembuatan ester dari asam karboksilat dan alkohol.
5.2. Saran
Agar
diperoleh hasil praktikum yang lebih baik, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1.
Pemahaman prinsip
kerja dan cara kerja
2.
Kerjasama semua
anggota kelompok praktikum
3.
Pemasangan alat
yang tepat
4.
Pakai APD yang
sesuai
TUGAS
SEBELUM PRAKTIKUM
1. Mekanisme
Reaksi Pembuatan Aspirin
2. Fungsi
Penambahan Asam Fosfat :
Sebagai
Katalis dan penghidrasi dalam sintesis aniline
3. Fungsi
Penambahan 1 mL air ke dalam campuran :
Untuk
mengendapkan aspirin yang terbentuk, melarukan asam salisilat dan untuk
menghentikan reaksi.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden.
1989. Kimia Organik Jilid Ii. Jakarta : Erlangga.
Fieser F.Louis, Fieser Mary.1962. Organic Chemistry 3rd Edition. Departmen of
Chemistry. U.S :
Harvard University.
Pine H.Stanley, Hendricson B.James, Cram J.Donald, Hammond
S.George. 1988.
Kimia Organik II.
Bandung : ITB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar