Selasa, 03 Desember 2013

KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS

KROMATOGRAFI LAPISAN TIPIS

Tujuan
Untuk menetukan jumlah komponen/senyawa penyusun suatu campuran.

Landasan Teori
Kromatografi adalah teknik pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kecepatan perambatan komponen dalam medium tertentu. Hampi setiap campuran kimia, mulai dari bobot molekul rendah sampai tinggi, dapat dipisahkan menjadi komponen-komponennya dengan beberapa metode kromatografi.
Pemisahan secara kromatografi dilakukan dengan cara mengotak-atik langsung beberapa sifat fisika umum dari molekul. Sifat utama yang terlibat ialah :
Kecenderungan molekul untuk larut dalam cairan (kelarutan).
Kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk halus (adsorbs,penyerapan).
Kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian).
Pada sistem kromatofrafi, campuran yang akan dipisahkan ditempatkan dalam keadaan  sedemikian rupa sehingga komponen-komponennya harus menunjukkan dua dari ketiga sifat tersebut.
Pada kromatografi, komponen-komponennya akan dipisahkan antara dua buah fase yaitu fase diam dan fase gerak. Jiak fase gerak digerakkan melalui fase diam untuk menghasilkan pemisahan kromatografi. Proses ini dikenal sebagai pengembangan. Setelah senyawa-senyawa dipisahkan dengan pengembangan, hasilnya dideteksi/divisualisasi (ditampakkan). Jika senyawa-senyawa yang dipisahkan benar-benar dikeluarkan dari sistem, maka senyawa itu telah dielusi.
Ada 2 prinsip pemisahan, yaitu :
Partisi, menggunakan fase gerak cair dan fase diam cair.
Adsorbsi, terbagi atas :
Sistem normal, menggunakan fase gerak. Senyawa nonpolar dan fase diam senyawa polar.
Sistem terbalik, menggunakan fase diam. Senyawa nonpolar dan fase gerak senyawa polar.
Kromatografi lapisan tipis merupakan kromatografi adsorbs, tetapi juga merupakan kromatografi partisi. Adsorbsi secara umum adalah peristiwa berkumpulnya molekul-molekul suatu zat/senyawa pada permukaan zat lain karena tidak seimbangnya gaya pada permukaan. Adsorbs pada kromatografi adalah gejala timbulnya kosentrasi zat yang lebih besar daripada bidang batas antara 2 fase dalam masing-masing fase.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombinasi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran komponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Pada kromatografi lapisan tipis, adsorben bertindak sebagai fase diam (fase stationer). Ada 4 macam adsorben yang umum dipakai, yaitu ;
Asam silikat (silica gel)
Alumina (aluminium oxyde)
Kieselguhr (diatomeous earth), dan
Selulosa
Dari keempat jenis adsorben tersebut, yang paling banyak dipakai adalah silica gel.

Fase diam untuk kromatografi lapisan tipis seringkali juga mengandung substansi yang dapat berpendar dalam sina ultraviolet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai.
Sampel yang merupakan campuran senyawa yang akan dipisahkan, dilarutkan dalam zat pelarut yang mudah menguap, misalnya kloroform atau zat pelarut lainnya. Larutan sampel tersebut diteteskan pada plat yang telah diberi garis (dengan pensil) ± 8 – 10 mm dari dasar plat dengan menggunakan pipet mikro atau syringe.
Diberikan penandaan pada garis di plat untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Ketika bercak dari campuran itu mongering, plat ditempatkan dalam sebuah gelas kimia tertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlau banyak. Batas pelarut berada dibawah garis dimana posisi bercak berbeda.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bahwa kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pelarut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.
Cara yang digunakan untuk melihat noda yang ada pada kromatogram ada 4, yakni :
Melihat/mengamati secara visual (langsung).
Dengan menggunakan lampu UV (ultraviolet)
Dengan pencucian giger miller jika ada zat radioaktif.
Dengan menggunakan uap iodium.
Karena uap dapat diserap dengan kuat oleh senyawa organic disamping adsorben.
Prinsip dari kromatografi lapisan tipis yaitu jika sistemnya melibatkan zat cair sebagai fase gerak dan zat padat sebagai fase diam maka prinsip pemisahannya adalah adsorbsi. Tetapi, jika melibatkan cairan yang menutupi permukaan zat padat sebagai fase diam dan fase geraknya tetap cairan, maka prinsip pemisahannya adalah partisi.
Untuk mengidentifikasi komponen yang satu dengan yang lain, digunakan factor resensi (Rf)
Rf   =   hK/he




Keterangan :
hK   =    jarak yang ditempuh komponen
he    =    jarak yang ditempuh eluen
Kelebihan kromatografi lapisan tipis, yakni :
Prosedur sederhana dan berlangsung cukup cepat.
Dihasilkannya pemisahan yang lebih sempurna.
Tidak diperlukan alat atau reagensia khusus yang mahal.
Hanya diperlukan kuantitas kecil dari zat-zat itu.
Kelemahan kromatografi lapisan tipis, yakni ;
Hanya merupakan langkah awal untuk menetukan pelarut yang cocok untuk kromatografi kolom.
Noda yang terbentuk belum tentu senyawa murni.























Prosedur Percobaan

Alat dan Bahan
Plat KLT/kertas → sebagai fase diam
Pipa kapiler → untuk menotolkan sampel pada plat
Chamber → tempat eluen
Hasil ekstrak soklet → sampel yang akan dipisahkan
Pelarut / eluen → fase gerak
Lampu UV  → memflorensikan noda

Skema Kerja
III. PROSEDUR KERJA
3.1 Alat dan Bahan
1. Plat KLT / kertas saring  : tempat mentotolkan zat
2. Pipa kapiler                      : untuk mentotolkan noda pada zat
3. Chamber                          : untuk tempat eluen
4. Pelarut / eluen                 : untuk melarutkan zat
5. Hasil ekstrak soklet          : sebagai bahan untuk melihat noda

Skema Kerja
Plat KLT ditandai dengan garis menggunakan pensil
  ↓
Ditotolkan dengan menggunakan pipa kapiler
       ↓
      Dimasukkan ke dalam chamber yang berisi eluen
  ↓
          Plat KLT tadi dikeluarkan dan dikeringkan
  ↓
         Noda tadi dilihat dibawah sinar ultraviolet dan uap iodium
  ↓
Noda yang terlihat ditandai menggunakan pensil
 ↓
   Dihitung nilai Rf

















Skema Alat

























Daftar Pustaka

Adnan,Mochammad.Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.Yogyakarta:Penerbit Andi
Gritter,Roy J,dkk.1991.Pengantar Kromatografi.Bandung:Penerbit ITB
www.chem-is-try.org
















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada praktikum yang telah dilakukan, digunakan hasil ekstraksi sampel melon yang telah dilakukan dengan cara sokletasi. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari suatu sampel yang ingin di deteksi dengan memisahkan komponen-komponen berdasarkan kepolarannya. Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi komponen-komponennya.
Pelaksanaan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis silika atau aluminia yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastk yang keras. Gel silika (aluminia) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromatografi lapis tipis sering kali juga mengandung substansi yang mana dapat berpendar dalam sinar ultraviolet.
Pada percobaan kali ini eluen yang digunakan adalah etil asetat dan pada plat KLT diberi garis 0,5 cm diatas dan dibagian bawahnya.Sampel ditotolkan dibagian tengah garis bawah plat KLT,dan juga jangan lupa penyemprotan dengan NaOH 30 %.Kemudian KLT disinari dengan sinar UV.Didapatkan warna yang berpendar pada jarak 3,3 cm.
Eluen yang praktikan lakukan mengalami perbandingan 1 : 9 antara methanol : etil. Prinsip kerja dari kromatografi lapis tipis ini adalah dengan memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan. Teknik ini biasanya menggunakan fase diam dari bentuk plat silika dan fase geraknya disesuaikan dengan jenis sampel yang ingin dipisahkan.
Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen maka sampel akan mudah terbawa oleh fase gerak tersebut. Jarak antara jalannya pelarut bersigat relative. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan tertentu untuk memastika spot (noda) yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak platnya berbeda. Nilai perhitungan tersebut adalag Rf. Nilai ini digunakan sbagai perbandingan relati antara sampel. Nilai Rf juga menyatakan derajat retensi suatu komponen dalam fasa diam, sehingga nilai Rf sering juga di sebut faktor retensi.
Nilai Rf yang didapatkan  pada pratikum kali ini adalah 0,825,karena jarak yang ditempuh komponen adalah 3,3 cm dan jarak yang ditempuh eluen adalah 4 cm.Sehingga hasil Rf yang didapatkan adalah 0,825.Karena uji KLT yang dilakukan hanya sekali  dan hasil yang didapat adalah 0,825.




















V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, prakktikan dapat menyimpulkan bahwa KLT merupakan suatu metoda pemisahan campuran senyawa atau komponen berdasarkan pada perbedaan distribusi senyawa atau komponen antara dua fasa, yaitu fasa diam dan fasa gerak. Prinsip kerja dari KLT ini adalah dengan memisahkan sampel berdasarkan perbedaan kepolaran antara sampel dengan pelarut yang digunakan.
            Semakin dekat kepolaran antara sampel dengan eluen, maka sampel akan mudah terbawa oleh fase gerak. Jarak antara jalannya pelarut bersifat relatif. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan untuk memastikan noda yang terbentuk memiliki jarak yang sama walaupun ukuran jarak plat nya berbeda. Nilai perhitungan tersebut disebut dengan Rf. Dimana Rf merupakan jarak yang ditempuh substansi dibagi dengan jarak yang ditempuh pelarut.Dan Rf yang didapat adalah 0,825 cm.

5.2 Saran
1.      Totolan pada batas bawah tidak boleh terendam pelarut
2.      Usahakan chamber tidak berongga saat dilakukan penarikan noda oleh eluen
3.      Kuasai prosedur kerja dan jangan salah dalam penyemprotan NaOH 1% dalam etanol : air (1:1)





Tidak ada komentar:

Posting Komentar